Rabu, 21 Desember 2011

~ Yang Sulit di Telaah ~



Malam ini saya kaku ditemani serangkaian tumpukan buku dengan satu pesan optimis bahwa sekiranya hidup bisa memperlakukan saya lebih adil dengan balutan malam tanpa jeda. Lebih adil ?? Ya Rabb apalagi keluh kesah  ini, rasanya tak habis untuk memperlakukan diri ini selalu gundah di tepi sudut malam yang enggan menutup setidaknya banyangannya jauh dari siangsana fikiran yang terus berputar-putar di kepala.
Lewat jalur sempit ini  saya mencoba untuk bilang pada diri sendiri bahwa saya mungkin “tidak pantas” atau “ saya mungkin bukan siapa-siapa” atau barangkali “ saya ini siapa?” . Dibalik pertanyaan bodoh yang sungguh menyudutkan saya jauh menjadi sosk wanita paling tidak dinilai lebih baik padahal lemah, lebih bijak padahal curang, lebih sabar padahal tidak bisa mengendalikan amarah.
Dingin ya Ya Rabb,,, akupun tidak mampu menulis syair syahdu shalawat menyentuh kalbu bersama-Mu malam ini, tubuh ku seolah kaku ingin mengadu. Dia bagaikan molekul magnet yang terus tarik menarik dengan ilmu dan rasa yang tak seimbang dan akhirnya saya sadar kekuatan fikiran saya sampai pada titik dikendalikan nafsu haus ingin dibelas kasihaninya.
Saya akui lebih dari rasa cemburu yang kau rasakan pada saya teramat sungguh. Jika malam ini saja angin masih mengajak saya untuk mensyukuri semua nikmat milikMu rasanya tak cukup dengan semua itu meski ingin saya tuang satu persatu sekiranya tubuh ini seakan melemah, kecil dan tak  berarti apapun buat-Mu.
Hilang kelabu mengupas habis rentetan buku hitam dosa yang saya perbuat, dan saya coba memulainya lagi dengan sebuah pertanyaan tanpa tanda tanya. Ibarat garis lurus simetris membentuk sebuah pemikiran  terdalam tapi sayangnya ia berbelok arah melawan haluan semua maksud di pemikiran sempit ini. Seandainya ada tema yang lebih baik untuk memilih hidup yang lebih kita inginkan, bisakah saya meminta melewati semua tema ini tanpa  mengambil salah satupun?.
Tak ingin rasanya terus menari dalam kegelapan sementara saya sadar tiada pernah menemukan titik terang yang sempurna. Sekiranya bukan karena belas dari mu ya Rabb. Saya tidak pernah meminta satu yang lebih dari apa yang saya miliki saat ini, hanya saja tak ingin rasanya berlomba menembus tabir dinding hatinya sementara saya tahu ada ruang lain yang lebih berhak untuk ia kasihi.
Sudut diruang ini begitu menghimpit saya dengan jutaan rasa  egoistis manusia berlebihan, rasa ingin untuk lebih dari apa yang telah saya dapat darinya mungkin tidak bisa  meredam emosi secara berkala dengan tingkatan yang jauh semakin menebal. Letakan saya dua buah kondisi menerima dan memberi namun tidak bisa lebih baik dari kondisi semula.
Sulit  saya menatap air mata kekecewaan jika kebenaran begitu menyakitkan untuk menatap wajah-wajah yang memiliki banyak harapan, sulit menghantam senyum penyesalan untuk  bilang pada saya  bahwa kebodohan telah memperparah keadaan.
Doa diakhir kalimat mungkin bisa jadi mukzizat buat saya ketika kuasa-Mu berpihak sedikit saja untuk menembus jalan tersulit untuk dilalui.
“ Tak pernah saya meminta seseorang yang lebih baik darinya, lebih sholeh darinya, lebih sempurna darinya, lebih tulus darinya, lebih pandai darinya, lebih hebat darinya karena bukan kesempurnaan yang saya cari dan saya dapat ketika berkesempatan megenalnya. Andai boleh mengiba ijinkan saya mengiba satu permohoan yang saya yakin tidak akan pernah bisa saya menggantikan posisi seseorang  yang saat ini mendampinginya dengan  kumpulan pengalaman lebih ia sayangi untuk  menyusun rangkaian situasi dikala senang dan sedih. Terlepas dari semua itu tanamkan keihklahsan jauh menembus dada yang sejatinya tidak patut untuk dipertanyakan lagi, kesabaran tanpa memelas berkepanjangan, menatap gelapnya hari dengan banjiran air mata tanpa berkesudahan. Biarkan saya memilih untuk kebahagiaan itu tanpa teradili campur tangan manusia. Memohon kun fa yakun sebuah kemungkinan sedikit di balik sebuah pertanyaan tanpa tanda tanya. Letakanlah kalimat ini, simpan, atau mungkin tenggelamkan saja biar saya sadar bahwa ini tiada akan pernah mungkin.....


4 komentar:

catatan si kopet mengatakan...

dibalik semua itu pasti ada hikmah yang bisa dipetik,,man jadda wa jadda..siapa yang sersungguh sungguh pasti akan dapat,,,jadikanlah pengalaman itu sebagai guru yang terbaik,,sebab kegagalan ada kesuksesan yang tertunda..air mata yang telah jatuhpun terasa percuma.untuk menyesali semua...memang sulit untuk menghadapi situasi dan kondisi seperti itu.dan saya yakin hanya segelintir orang yang bisa atau mampu menghadapi semua ini dengan senyuman,walaupun pada dasarnya sakit yang teramat dalam yang yterangkum menjadi satu dengan kata ikhlas,tapi keikhlasan itu seperti blankon orang jawa,,tampak didepan senyum tapi dibelakang jendol/ngepal.kesabaran memang tak ada batasnya,,tapi kesabaran manusialah yang membatasinya.keyakinan hati,petuah orang tua,norma agama mungkin bisa membantu untuk meringankan semua ini,,dan jangan dengarkan bisikan bisikan,,hapuskan semua emosi.egois,,hasrat untuk mencoba,,sebab belum pasti dia untukmu,,berdzikir dan berpikir untuk memperoleh jawaban dari semua,,kalo misal belok kiri itu mentok,kenapa tidak mencoba untuk belok kanan???diatas langit ada langit,,,dengan begitu pasti masih ada orang lain yang lebih dari orang itu.jadikanlah sebagai pengalaman dimasa lalu meskipun itu adalah sebaga pengalaman yang tak terlupakan / unforgatable experience,dan nikmatilah apayang kau rasa saat ini dalam hidup,sebab hari esok adalah sebuah mysteri yang tak satupun orang bisa menentukan semua,apa yang akan terjadi esok hari,,semua itu adalah kehendak Allah sang raja Manusia,,yang bisa memutar balikan semua,,dan kita sebagai hambanya..memohonlah kepadanya,,sebab diantara sekian banyak sifat Allah,,ada satu sifat Zaizd,,,yaitu Allah akan merubah keputusannya Atas Apa yang telah ia Putuskan,apabila ada hambanya yang meminta dan memohon ridho dan ikhlasnya dari Allah untuk merubah apa yang telah ia putuskan.

audzu,bissmilah,syahadat dan laahaula ,,jadikanlah sebagai kunci dalam hidup.

wasalam,,hamba Allah yang tak pantas untuk bersimpuh.

Abdul Mulyana mengatakan...

mungkin kok...!!!!!
jangan menginginkan kezuhudan agar engkau tidak diuji dengan riya'!
jangan menginginkan kewibawaan agar tidak di uji dengan kesombongan.jangan menginginkan sakit agar tidak di uji dengan keputuan qadha'.jangan mengharapkan kesehatan agar tidak di uji dengan sifat permusuhan orang orang yg lemah.jangan mengharap kemiskinan agar engkau tidak di uji dengan kedengkian orang orang kaya.janganlah engkau mengharap kekayaan agar engkau tidak di uji dengan kezaliman orang orng kafir.akan tetapi,selalu mintalah pada allah segala sesuatu yang terbaik dan lebih kekal bagimu disisinya.
lalu,bila engkau ditempatkan pada suatu kondisi,katakanlah:"Aku beriman kepada Allah swt. dan aku beristiqomah".
Alangkah indahnya pelajaran yang diberikan oleh kehidupan ini kepada kita.

Ridwan mengatakan...

oh inilah yang disebut dengan pendewasaan diri... tapi biasanya yang bertanya seperti itu hanya seorang lelaki terhadap dirinya jika merenung...

Adapun pertanyaan seorang perempuan terhadap dirinya biasanya berbunyi siapa yang bakal menjadi imam aq dikemudian hari jika sedang merenung...

Anonim mengatakan...

Setelah membacanya, sepertinya tidak ada sikap yang lebih bijak bagiku selain "hening".

I'm understand, but I'm helpless...

Posting Komentar