Kamis, 31 Januari 2013

Bagaimana Nasib Pedagang di Area Stasiun Jabodetabek ?

Pembersihan area stasiun guna penambahan gerbong KRL nampaknya meberikan untung rugi  khususnya buat kita para pengguna jasa kereta api.  Betapa tidak, PT. KAI tak segan-segan untuk membersihkan area disekitar stasiun yang belakangan ini terkesan semerawut oleh pedagang yang berjualan disekitar stasiun, baik pedagang yang menetap lewat ruko kecil yang melekat disisi stasiun maupun pedagan keliling yang notabennya mengais rezeki lewat berjualan di sana. 

 Buat saya pribadi hal itu justru memberikan untung rugi tersendiri, pertama stasiun lebih tertata rapih dan lebih bersih,  namun ruginya ketika kita hendak membeli  barang-barang dagangan di Area stasiun, bahkan hanya  sebotol aqua kita harus rela berjalan ke luar area stasiun untuk membelinya. Apalagi jika kita mencari barang-barang kebutuhan yang notabennya  bisa kita dapatkan dengan harga cukup miring. Yah,, paling tidak cocoklah untuk pembeli kalangan menengah kebawah. 

Pertanyaan saya  tidak berhenti sampai disitu lalu bagaimana ya nasib pedagang yang setiap harinya mencari rezeki lewat berdagang.  Lain halnya buat pedagang Kios yang mungkin bisa dengan mudah   tranmigrasi berjualan kemanapun, namun bagi meraka pedagang kelililing yang menjual dagangan  eceran, meskipun kesehariannya hanya menjual selinting rokok atau permen tetap saja membuat saya bertanya bagaimana kabar mereka atau lebih tepatnya nasib mata pencarian mereka.

Faktanya ketika sebuah sistem  harus diberlakukan dalam segala hal kita harus mengikuti sistem tersebut, bukan sistem yang mengikuti bagaimana keinginan  manusia. Seperti halnya  dalam hal ini,  ketika ketertiban dan kebersihan harus diterapkan guna menertibkan sistem yang telah dibuat oleh PT. KAI, kita harus mengikutinya sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Jauh disamping itu  seringkali sisi kemanusiaan kita lebih peka daripada aturan sistem yang  mutlak tanpa pandang bulu. Harapannya semoga  nasib pedagang yang berjualan di area  Stasiun Jabodetabek bisa  memperoleh   rezeki di tempat lainnya  yang mungkin bahkan lebih besar dari tempat sebelumnya. Kita doakan saja ^^.

Senin, 07 Januari 2013

Andai Aku Seperti “Rudi Tabutti”





Alangkah melegakannya dada ini jika hidup bisa disetting dengan apa yang kita inginkan bisa menulis apa yang difikirkan lewat sebuah kapur ajaib “Rudi Tabutti” Setiap kali jenuh di satu moment kita hanya mengandalkan kapur ajaib untuk melukiskan tempat mana yang ingin disinggahi. Berimajinasi lewat kapur ajaib,, aghh  mimpi kali ye….!!!. 

Sayang kapur ajaib itu hanya ada di kartun jika kapur tersebut dijual berapapun harganya akan saya tabung untuk membelinya tapi sayangnya kapur ajaib itu hanya punya milik Allah, miliki-Nyalah yang mentakdirkan lewat garisan takdir di lauh mahfuz-Nya. Jika manusia bisa mengukir garis hidupnya apa yang ia inginkan dan apa yang ia butuhkan semua terpenuhi dengan baik maka sesungguhnya ia hanya manusia karena sang pemilik alam ini tidak pernah berkata ingin dan butuh, karena daripada-Nya telah memiliki apa yang kita inginkan dan butuhkan. “ maha hina kami yang selalu menginginkan apa yang kami nilai perlu, padahal sejatinya Dia-lah yang maha tau apa yang kita inginkan dan butuhkan.

Zona Aman Yang Mematikan




Lebih baik hard work atau hard hope?, kalau saya bilang bersikukuh di zona aman hanya untuk bertahan karena alasan yang ngak masuk diakal hanya akan mempeparah keadaan. Banyak kasus mereka yang ingin hengkang dari zona aman Karena bukan berada di bidangnya atau bahkan mereka yang haus akan mencari atau bahkan mengeksplore  apa yang  menjadi X-faktor dalam hidupnya. 

Orang bilang karier itu dinamis, ia akan bergerak dengan waktu dan bagaimana kemampuan tingkat intelektual dan pemahaman diri bisa larut dalam lingkungannya. Saya bukan orang pertama yang bisa merasakan kejenuhan yang sangat ketika pekerjaan yang dilakukan harus brulang-ulang dengan porsi yang sama, sedikit tantangan mungkin hanya untuk “ secure income” buat kebutuhan hidup, meneganaskan bukan?. 

Gerah rasanya bicara idealis karena faktanya setiap karyawan yang bekerja pasti mengharapkan “income” tak dipungkiri. Dusta kalo mereka bilang “Gw cari kebahagian “ endingnya Pity pasti juga menjadi acuan muna atau ngak muna. Fakta unik ketika saya memiliki seorang sahabat yang sudah mendapat gelar sarjana, ia seakan merasakan krisis percaya diri ketika mendapat gelar “S” dengan embel-embel dibelakangnya. Ia mungkin bisa mudah mencari dan bereksplore ke perusahaan yang satu ke perusahaan yang lain, pada akhirnya ia memutuskan untuk stay ditempat yang dia bilang bisa menjamin keidupannya dengan secure income yang lumayan. 

Kemudian waktu berlalu sampai pada akhirnya ia menemukan titik jenuh,diwaktu yang bersamaan ia berusaha tetap bertahan 2, 3 bahkan beberapa bulan berikutnya, ia masih mencoba bertahan diposisi dalam kasus yang sama. Salah satu alasan mengapa ia bertahan ialah dengan income yang besar, tapi setiap gerak-geriknya dibatasi dan jujur pekerjaannya adalah pure merupakan kewajiban dan bukan mencerminkan dirinya sendiri.ini yang dibilang ngenesin!!.
 
 “ manusia yang paling beruntung ialah manusia yang bisa hidup menjadi dirinya sendiri bukan masalah apa yang didapatkan lalu mudah sirna tetapi orientasinya adalah bagaimana ia memberikan manfaat terbaik dalam pekerjaannya”

Saya jadi ingat sebuah buku yang berjudul “ bibir tersenyum, hati menangis” bagaimana kita pandai berkamuflase pada kenyataan. Karena ketika bertahan pada zona aman dilandasi dengan  hal-hal yang sebenarnya bukan berisikan income, bukan hanya sekedar materi sudah dipastikan kita  jauh lebih bahagia meskipun tidak dipungkiri hidup butuh pity tapi sayang, kenyataannya pity ngak butuh tahu siapa yang hidup, bener ngak?. 

Mencari pekerjaan di jaman sekarang memang sulit, bahkan buat mereka yang sudah memiliki gelar “S” dan embel-embel dibelakangnya juga masih galau ingin menjadi apa. Saya bukan mengajak kalian untuk berfikir idealis tanpa menelan semua rasa bersyukur yang telah tuhan berikan untuk kita, jauh disamping ketika kita berfikir jenuh berada di zona aman tolong pertimbangkan lagi kedepannya apakah di tempat ini akan menjadi tempat terakhir kalian bekerja, atau bahkan sebenarnya kalian hanya membohongi diri sendiri karena tidak menemukan hal apapun di zona aman tersebut. Singkatnya kalian pasti memiliki faktor X yang bisa dieksplore ditempat lain tanpa harus mengeluh di Zona aman jika sudah tertekan pada keadaan. 

Kalau masih butuh ya jangan mengeluh, tapi kalau keluar dari zona aman lebih banyak faedahnya atau manfaatnya, why not? Tapi kuncinya satu “harus yakin setiap kali keputusan yang diambil” karena keyakinan bisa menumbuhkan sugesti kearah yang lebih baik. So, kalau merasa yang kalian pertahankan ini memang tidak akan memberikan hal yang berharga buat hidup kalian untuk apa dipertahankan, sebenarnya masih banyak pilihan diluar sana hanya saja kita memandangya dari satu sudut di dalam ruang tumpul. Tapi sebaliknya jika apa yang kalian pertahankan saat ini masih menguntungkan diri kalian pribadi dan orang lain tak ada salahnya untuk diperbaiki dengan analisis starategi yang baik.

Oh ya satu lagi setiap keputusan pasti sebungkus dengan resikonya, tidak  mungkin tidak beresiko, jadi setiap resiko hadir dan mengajari bagaimana kalian untuk mengambil sebuah konsekuensi. Hidup itu sebenarnya adalah sebuah pertandingan untuk mengalahkan tantangan baru.

Kamis, 03 Januari 2013

Narsis Itu Berbahaya






Lagi coba ngeruk ide yang setiap hari  harus digali, sambil ditemenin secangir teh hangat plus selingan facebookan Cuma-Cuma. Seperti biasa  facebook selalu aja bikin heboh wall-nya dengan advertisement buat saya ya gak foto… ngak juga curhatan galau  yang mewarnai wall demi wall. 

Ada hal unik ketika melihat foto cantik seorang gadis yang terpampang di akun PP facebook pribadinya yang bisa dibilang hampir setiap menit gonta-ganti gaya foto terbarunya (kalah deh foto model heheheh..). Orang mungkin menyebutnya dengan sebutan Narsis, buat saya narsis itu jauh lebih berbahaya dibandingkan si Jaim, soalnya ketika kita merasa bangga upload foto sesering mungkin apalagi medianya di jejaring sosial ataupun chanel online media lainnya secara gak sadar kita tuh sudah membuat data pribadi yang rela di ekspos oleh khalayak ramai.

Beberapa artikel terkait sebelumnya juga sempat membahas bahwa hati-hati mengupload foto anda di jejaring sosial, dalam waktu yang bersamaan mungkin saja kita tidak sadar bahwa foto yang kita miliki bisa disalahartikan oleh hacker2 yang berkeliaran di sekeliling kita. Logikanya  begini deh, seseorang akan menilai bagaimana pribadi kalian lewat status dan tingkat keseringan kita menggunakan jejaring sosial setelah itu bukan ngak mungkin kan akun facebook kita bisa dibajak oleh oknum yang  tidak bertanggung jawab setelah itu diobrak-abrik tanpa berperikemanusiaan. Dua tahun kerja di online buat saya ngerasa harus lebih ekstra hati-hati mempublish foto narsis di jejaring sosial Karena efeknya bisa mempermalukan diri kita sendiri. 

Tapi ternyata nih faktanya musuh utama kita bukan hacker yang merampung foto narsis kita di jejaring sosial , tepatnya musuh utama itu diri kita sendiri.Sebenernya narsis itu penyakit yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya, caranya mungkin hanya dengan mengurangi tinggkat keefektifitasan kalian mengupload foto atau video pribadi di khalayak umum. Narsis juga ngak baik sebenarnya untuk lingkungan sosial karena kebanyakan mereka malah terkesan tidak bisa mensetting mana yang harus di share dan mana yang harus di keep dengan baik. Moga bermafaat ya buat yang narsis ^^