“ Allah mengajari saya menangis dan tertawa, dalam waktu yang singkat “
Hari ini aku berjalan dengan arah berbelok dari tempat tujuan. Fikiran mungkin tidak sedang bersahabat di sini. Lurus...mencoba beranjak menjauh dari semua orang yang sibuk dengan aktivitasnya “ duduk ditengah alam yang begitu indah serta-merta memberikan pelukan hangat disaat aku butuh itu.
Hari ini aku masih sempat membayangkan situasi rumah dan juga tanpa terkecuali situasi hati.
(“ Dasar memalukan...!!!” )
Suara tepat disampingku, suara keras seorang ayah yang tengah mencaci seorang anak gadisnya. Aku seolah menghentikan bayanganku tentang situasi rumah dan tanpa sadar aku telah dibawa rasa ingin tahu untuk mengetahui maksud kekecewaan sang ayah.
“ kamu tahu ayah dan ibu membesarkan kamu dengan penuh kasih sayang dan cinta,,,sampai sebesar inipun aku berusaha untuk membuatmu bahagia, tapi kenapa di tengah-tengah pernikahanmu kau malah pergi dan memalukan kami hanya demi mengejar laki-laki yang tidak mencintai kamu, kamu benar-benar mengecewakan ...!!”. Kata seorang bapak setengah baya yang terus mencaci anak gadisnya.
Aku haya mendengar dari obrolan itu bait terakhir dari gadis muda itu “ Aku hanya mencoba melawan apa yang ada dihatiku tapi itu tidak bisa”.
Hampir tak bisa aku mengambil rasa seperti apa jika disituasi sang gadis itu ataupun sebaliknya. Tak ingin berlama-lama akupun pergi ke satu sisi masih di tepi pantai ini, aku bisa diam dan menikmati angin kencang terus mengibarkan kain kerudung yang berada di kepalaku. Aku melihat begitu indahnya kain kerudung ini jika angin meniup semilir, aku membayangkan satu kata di dalam lubuk hati yang terdalam.
“ Allah, apakah aku pantas menyandang kain kerudung ini ?, apakah aku berhak mendapatkan kehormatan dibalik sehelai kain yang menutupi kepalaku? Sesungguhnya hanya engkau yang mengetahui apapun yang tersembunyi, sesuatu yang tidak pernah bisa dilewati batas pemikiran manusia. Apabila kerudung ini tak pantas kusandangkan mengapa ia ingin berlama-lama di kepalaku? “.
Subhanallah, aku melihat anak kecil tepat di depanku ia hanya tersenyum melihat wajahku yang penuh dengan banjiran air mata ia terus tersenyum seolah memberikan aku pertanda untuk bisa tersenyum sepertinya. Apakah ini pertanda jawaban apa yang aku bayangkan barusan . Aku menarik nafas sedikit saja dan terus membayangkan lagi satu ayat yang membuatku semakin yakin di surat Ar-Rahman “ Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan” .
Tidak ada sudut ketika kita berada di dekat laut, di tengah pantai hanya gemuruh ombak dan juga angin yang saling bersahutan. Dan alam memberikan aku kesempatan untuk berbagi, untuk belajar ikhlas tanpa memelas.
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar “
Setiap hari, aku berusaha untuk tidak mengeluh, meskipun rasanya harus mempertaruhkan diri dan emosi tingkat tinggi. Meskipun aku tahu tidak ada satu orangpun yang mengetahui takdir di kelanjutan.
Allah tahu seribu cara menepis rasa di dalam dada anak adam, tapi jika Allah berkehendak apapun bisa terjadi diluar penolakan kita, terimakasih atas kehormatan yang masih terjaga, cinta yang Engkau titipkan pada orang yang tepat dan menghargaiku sebagai seorang wanita. Maafkan tingkah lakuku ya Rabb yang selalu melukai hati orang lain, melukai hati orang-orang yang mencintaiku, tidak akan pernah ada wanita yang mau menyakiti hati siapapun, dan tidak ada wanita yang ingin disakiti oleh wanita manapun.
Tempat ini begitu jauh lebih menghargaiku,lebih memberikan kedamaian tanpa rasa tersudut oleh semua caci maki. Terimakasih pada kesempatan hari ini yang mengajari untuk jauh lebih dewasa dan bersyukur.