Rabu, 22 Mei 2013

Berita Pelecehan Antara Empati dan Konsumsi Publik

Jujur ketika jaman mengubah semua peradaban saya merasakan hal-hal yang bertentangan disini, seperti mengutip sebuah berita. Soal berita pelecehan seksual , pornografi dan semakin maraknya orang terang-terangan mengumbarkan apa yang harus dijaga , tapi sayang ini malah menjadi santapan hangat publik. Kadang saya merasakan ambigu, aneh dan tidak tahu  harus melakukan apa, bagaimana dengan siapa bahwa Dan saya yakin bukan satu-satunya manusia yang menolak berita pelecehan, pornografi dan sebagainya marak di portal-portal berita tanah air.

Pernah  berfikir ngak, ketika kita harus masuk dan tiba-tiba  terjerat alur si penulis  dengan bahasanya sontak kata hati langsung mengiba dan miris, tapi disisi lain kita malah ketagihan dengan berita tersebut dengan judul ekstrim tapi apa pernah terfikir di masing-masing kepala berita semacam itu hanya akan membuat kepala kita mendeskrip “ini ternyata negara saya!!!!!” , “ ini budaya bangsa saya “, “ ini hukum saya yang tidak bisa membuat efek jera bagi pelakunya!!!”, “ ini masyarakat saya yang disuguhkan dengan berita kekerasan,pelecehan, pornografi setiap harinya”, dan ternyata mental kita sama seperti anak kecil yang semakin diberi pelajaran dia malah ingin terus mencoba-coba. 

Alhasil?????..... 

Kita terjebak dalam sebuah berita yang tidak layak dikonsumsi.
Salut buat mereka para jurnalis yang bisa mengemas berita semenarik mungkin untuk disantap, karena orang Indonesia saat ini lebih gemar dengan berita-berita tersebut. Seperti anak yang disodorkan sebatang rokok kemudian dihari kemudian ia meraskan nyaman dan enak selanjutnya menjadi kebiasan buruk. Begitu juga informasi…..

“Tidak semuanya informasi mengajarkan baik , Ada yang harus di filter untuk menyelamatkan generasi masa depan bangsa “. 

Contohnya, kasus pemerkosaan terhadap anak yang dilakukan bapak kandung, atau seorang guru berbuat mesum dengan muridnya, dan banyak kasus lainnya yang menginterpretasikan bagaimana perkemabangan moral bangsa bobrok dengan pemberitaan nyata yang “miris”.

Apa pernah terfikir …!!!!

Bagaimana perasaan ibu yang melihat bobrok akhlak anaknya???
Bagaimana perasaan keluarga yang ditimpa musibah kemudian apa pernah terhitung orang yang tulus empati bukan hanya sekedar menyantap kemalangan sesamanya,,, sayang kalaupun ada hanya segeintir manusia..!!!!
Bagaimana dengan bibit generasi bangsa yang harus dijejali informasi tersebut???

Dengan kacamata informasi kita bisa menangkap dunia, tapi tidak semua informasi menyodorkan kebaikan dan memberikan efek inspiratif bagi para pembacanya. Apa selama berita tindak pelecehan yang ada sejauh ini pemerintah dan beberapa organisasi pernah bertindak nyata untuk membasmi hanguskan apapun tindak pelecehan yang ada??....

Bagi saya menyimak informasi ini seperti menelan duri ikan, yang akibatnya bisa fatal menjalar dan mematikan. Jangan racuni generasi bangsa kita dengan hal-hal yang menyudutkan  moral bangsa kita sendiri pada keterpurukannya. Jujur  kita dan saya atas nama wanita tidak butuh pemberitaan yang bisa melemahkan genre kami disini, jauh dari itu ada upaya konkrit  membasmi hanguskan semua tindak pelecehan dan coleganya.

0 komentar:

Posting Komentar