Kalimat dari kalimat yang selalu saya gores dalam untaian kata-kata ini sekali lagi bukan untuk bermimpi tapi lebih kearti memproklamirkan cita-cita tulus sebelum menjadi ibu, namun saya juga ingin menjadi ibu yang baik ketika suatu saat saya dipercaya Allah untuk menjaga titipannya. Seneng, bangga dan rasa haru pastinya, ini dia yang saya rasakan ketika suatu hari menjenguk seorang sahabat sehabis melahirkan. Subhanallah maha suci Allah begitu indah,lucu,mungil seorang makhluk kecil yang tidak berdosa ini lahir ke dunia dengan menebarkan senyum bahagia untuk kedua orangtuanya.
Seorang sahabat saya bertanya” kapan nyusul punya baby, makanya cepetan nikah? “ hehe entah mengapa setiap kali saya dapat sindiran seperti itu hati saya ciut. Seolah tak bisa melakukan perlawanan apa-apa untuk menjawabnya, karena saya memang belum menikah. Tanpa mengurangi rasa dari maksud pertanyaan tadi, saya pun akhirnya hanya bisa menganti topik pembicaraan kami.
Kebahagian lengkap rasanya bagi seorang wanita jika kita telah menjadi ibu. Tapi ternyata bukan hanya kebahagian itu saja, dan kita tidak boleh terbuai dengan semuannya, yang terpenting adalah bagaimana kita mampu menjaga titipannya agar menjadi manusia yang bermanfaat nantinya, manusia yang benar-benar utuh di hadapan Allah meskipun tidak ada satu orangpun yang sempurna serta menjadi manusia yang mampu bersinergi dengan lingkungannya. Meskipun disamping itu saya yakin Allah telah menggariskan semua takdirnya dalam lingkarann yang telah ditetapkan-Nya di Lauh Mahfuz.
Ini tema saya, jika saya menjadi ibu ada berabagai konsep dan pandangan yang ingin saya lakukan, ingin saya realisasikan meskipun saya hanya sempat memproklamirkanya saat ini heheh...
Cermin yang Baik
Saya rasa jelas, setiap anak pasti mencontoh sebagian besar orangtuanya. Peran kita adalah menjadi seperti cermin, cermin untuk menampilkan apa saja tampilan kita kepada sang anak. Untuk menjadi ibu yang berhasil mendidik putra-putri kita nantinya, baiknya kita mampu memantulkan cerminan kebaikan untuk pundi-pundi titipan Allah. Itulah sebabnya untuk menghasilkan anak yang soleh kita harus mempersoleh diri kita, begitupun sebaliknya.
Satu ilmu 100 kemampuan
“Manusia yang berhasil menurut Aidh al-Qarni adalah manusia yang mampu menjadikan anak buahnya lebih baik darinya” . Pedoman ini mungkin sulit, apalagi jika kita memang bertabiat pelit, tapi saya juga yakin dengan perkataan Aidh al-Qarni, jika kita menebar ilmu pastikan kita bisa setidaknya memberikan pengaruh yang lebih dari arti senyum.
Ada karena terbiasa
Bukan ditangan mertua, pembantu ataupun baby sister, saya ingin sekali anak yang saya kandung dari rahim saya mengalir semua darah dan semangat yang nantinya akan saya tularkan. Saya ingin merawatnya dengan bantuan Allah tanpa harus merepotkan orang lain. Apalagi saat ini banyak sekali wanita karier yang bekerja dan akhirnya anaknya dititipkan kepada mertua atau orang tuanya. Bagi saya hidup terdahulu begitu menyusahkan orang tua, saya tidak ingin menyusahkannya dengan malaikat kecil yang tidak selamanya bersikap manis di depan orangtua kita nantinya.
Melihat Senyum Tulus
Senyuman tulus yang terpancar dari seorang anak pastinya lebih berharga dari apapun, itulah mengapa saya ingin menjadikan pundi-pundi berharga di dunia ini menjadi seseorang yang mampu menjadi dirinya sendiri. Menjadi seorang yang tumbuh dan berkembang menjadi sosok/ pribadi yang menawan tanpa harus bertindak otoriter menjadi apa dan siapa ia nantinya. Hal itu bukan menjadi momok yang menakutkan bagi saya, yang terpenting adalah ia masih berada dalam rel kebenaran, rel akidah yang lurus.
Berkumpul Di suatu tempat
Cita-cita manusia adalah ketika mati bisa dikumpulkan kembali dalam suatu tempat yang sama yaitu surga. Rasanya besar harapan saya akan surga, begitulah sejatinya manusia pasti menginginkan surga, tapi sekali lagi hanya Allah yang mampu menempatkan ditempat manakah kita kelak dipertemukan?.
Begitu banyak sekali angan-angan yang saya proklamirkan disini, dan “jika saya menjadi ibu”. Hal itu tidak terlepas juga dari potret mamah, seseorang yang membuat saya terinspirasi hari kehari untuk menjadi seperti beliau. Seorang yang bukan hanya cantik dihadapan saya namun juga sososk wanita utuh yang menjadi pedoman saya, tempat saya bertumpu untuk melihat semua bingkai kehidupannya. Saya yakin dimuka bumi ini ada satu sifat istri rasullulah yang diwarisi oleh wanita di seluruh penjuru dunia, dan salah satu diantaranya itu adalah sifat kasih sayang mamah yang tidak akan pernah saya lupakan.
Trimakasih mah,,, semoga kelak saya bisa menjadi ibu yang terbaik untuk anak saya. Menjadi dongengan yang selalu menginspirasi saya untuk menjadi wanita tangguh atas ijin Allah, Wanita yang selalu berupaya untuk menjaga dirinya meskipun sedikit idealis, namun itu bukti bahwa wanita bukan barang murahan yang mudah dibeli dengan apapun, menjadi wanita tercantik untuk 2 malaikat di dunia ini suami dan anak-anak saya kelak, menjadi wanita yang bisa memiliki sepasang bola mata seperti matamu ketika mampu menahan pedih kehilangan bidadari titipan Allah.
“Thanks mom for all the time that I had not been replaced even though the rest of the world's treasures, but I promise I will give the best smile from this day onwards”.
" Terimakasih mah atas semua waktu yang belum sempat saya gantikan meskipun dengan harta seisi dunia,tapi saya berjanji saya akan memberikan senyuman terbaik mulai hari ini dan seterusnya"
" Terimakasih mah atas semua waktu yang belum sempat saya gantikan meskipun dengan harta seisi dunia,tapi saya berjanji saya akan memberikan senyuman terbaik mulai hari ini dan seterusnya"
Thanks’ Allah ^^
4 komentar:
woow.... sedih baca'nya...hihih
nice artikel mbak...
semoga cepet jadi ibu deh :)
SALAM,
JIMMY
** Jamal : jangan sedih lah...
** Jimmy: hehe thanks mas jimmy,,,amin ya...jadi istri dulu kali heheh
Bagus ta ... belum jadi ibu aja dah kayak ibu hehe
*jempol kaki dan tangan bergoyang2 buat pritha deh hahaha
Posting Komentar