Kamis, 16 Februari 2012

Ada Hikmah dibalik Seorang Penulis Amatiran



Waktu masa kecil, mungkin gak kalian pernah ditanya sebuah cita-cita yang terpampang dimasa depan dalam benak kalian satu-persatu? atau sampai sebesar in pun kalian merasa  masih sulit sebenarnya “saya ini mau kemana ya?” atau “ cita-cita saya apa ya, saya sendiri ngak tahu?”. Semasa kecil ada yang kepingin jadi Doketer , Penyanyi, Guru, Mentri dan bla..bla..bla..... tapi kenyataannya sekarang ini begitu sulit ya rasanya menetapkan tujuan kearah mana sebenarnya cita-cita kita berlabuh?.
Cita-cita itu adalah mimpi, mimpi itu jelas berbeda dengan sebuah khayalan atau halusianasi seseorang. Berkat mimpi ada sebuah obsesi yang tida bisa ditangguhkan lagi, ada sebuah ambisi yang menjadi energi positif untuk kita bisa terus meraihnya. Semangat dan upaya untuk mewujudkannya menjadi nyata.
Saya bingung, sebenarnya sampai taraf mana seseorang bisa dikatakan penulis. Ataukah kualitas dari isi tulisannya, dari kelihaian si penulis dalam berinteraksi kepada pembaca  dengan kata yang komunikatif ataukah dengan sebuah nama besar ketika karyanya bisa dibilang best seller?.
Opini terbuka saya mengatakan “ bahwa seorang penulis ialah yang bisa memberikan sebuah kata-kata sederhana namun menginspirasi pembacanya, memberikan kepuasan usai membacanya dan memiliki sentuhan rasa yang berbeda” .
Karena menulis itu ibarat membuat sebuah makanan, masing-masing lidah pasti merasakan rasa yang berbeda. Kalo dalam merancang sistem informasi dengan menggunakan decission support kita bisa mengambil alternatif dengan menggunakan logika “ Fuzzy” dimana metode ini selalu mengarah pada kebenaran dari kebanyakan orang meskipun rasanya berbeda.
Dr. Aidh Al-Qarni pernah bilang, seorang penulis hebat itu selalu menyadari bahwa ada tulisan lain yang lebih hebat darinya, serta menyadari kekurangan pada diri kita. Ternyata saya pun harus sependapat dengannya bahwa menjadi seorang penulis itu bukan seperti yang teman saya bilang dulu “nulis itu butuh skill dan bakat” ternyata bergulirnya waktu saya sadar bukan hanya dua hal itu yang mejadi patokan dalam menulis ada satu hal lagi yang lebih penting yaitu “ Kita butuh mengenal siapa diri kita sesungguhnya”.
Sebab, semakin kesisni saya sadar menulis itu adalah sarana yang paling mudah untuk menyebarkan dakwah atau kebaikan bagi sesama. Namun ada satu hal yang perlu digaris bawahi, dengan menulis kita harus tahu bahwa apa yang kita tuang kedalam bentuk tulisan bukan hanya untuk mengajarkan kepada orang lain/ menunjukan kapasitas keilmuan kita  namun tulisan yang kita buat harus bisa mengarah untuk kita sendiri.
Dan akhirnya meskipun saya masih belajar menulis, karena sesungguhnya “ Hidup itu belajar.. belajar...dan terus belajar saya rela kok dibilang penulis amatiran bagi saya ngak masalah karena memang begitu adanya. Untuk bermimpi menjadi seorang penulis hebat mungkin masih dibungkus dalam sebuah harapan besar dan sampai saat ini belum tercapai tapi harapan itu akan selalu memberi motivasi tersendiri bahwa siapapun mampu untuk menjadi seorang penulis BESAR. Bukankah seorang penulis terkenal/hebat bermula dari seorang penulis amatiran dulu???? Bukan begitu????.
Semoga tulisan ini bisa memberi motivasi untuk saya dan kalian semua....(Amin ).

0 komentar:

Posting Komentar