Senin, 27 Februari 2012

Mari Kita Bercermin...






saat diri larut dalam kebeningan hatimu, kucoba bercermin untuk temukan makna cinta dibalik wajah jiwaku, ternyata tak juga menemukan maknanya.. kucoba bertanya pada hati dan ternyata di relung hati ini masih tersimpan pijar kemunafikan dan belum mau memilih satu cinta yg hadirkan makna.. kini jiwa bercermin lebih dekat lagi, barangkali telah ada jawaban yg berbeda.. tapi sepertinya di cermin suci ini belum nampak seikat jawaban yg kucari, benarkah masih ada kemunafikan ataukah karena aku tidak mampu merenda sebuah makna yg hadir di dalam cinta..?  tiba² aku terkesima oleh seberkas cahaya yg muncul dari kebeningan hatinya.. dan cahaya itu berkata “bagi  yg merindukan makna cinta, jangan pernah kau buramkan mata hati cintamu dengan dusta.. sebab bila itu yg kau lakukan, maka kau tak kan pernah merasakan cinta kasih selamanya.. kau yg berselimut dengan kebohongan tak pernah bisa menjadi bagian dari cinta.. ketahuilah duhai jiwa pendusta.. cinta itu tak pernah bisa ditatap oleh orang yg mata hatinya telah buta, cinta itu akan menangis saat digenggam oleh kemunafikan yg bersemayam di tiap dinding hati.. cinta itu lahir dari ketulusan dan akan tetap ada tanpa mengenal batasan..”.tanamkan cinta dengan ketulusan dan arahkan cinta untuk menguatkan harapan.

Dikeramaian yang penuh dengan kebisingan, saya terkejut meilhat seseorang diam berdiri menangis sambil menelpon, entah siapa yang ditelpon olehnya. Tepat sekali kaca berada di depan wajah saya dan wajahnya. Saya hanya diam, seolah tak ingin memperhatikannya terlalu jelas karena saya tahu privasi orang masing-masing.
Lagi-lagi getaran handphonenya mengenai tubuh saya, dan akhirnya saya berusaha untuk diam dan senyum sejenak saja.  Lalu kembali lagi ia menagis. Saya haya bisa melihat ekspresi kesedihannya melalui kaca besar tepat di depan saya tanpa ingin terlihat mengekspos kesedihannya. Tidak tahu kata-kata darimana saya hanya bisa bergumam kata di dalam hati “ Hey jangan nangis,,, kamu harus kuat, buktikan kalo kau bukan wanita lemah, buktikan kalau kamu bukan wanita yag berharap belas kasihan seseorang” .
Tepat sekali kata-kata itu menampar keadaan saya saat ini, sejenak saya akhirnya menatap wajah saya sendiri ke arah kaca. Ya,, seolah ini adalah pantulan, mungkin ini adalah cerminan saya sendiri, cermin dimana cara Allah bisa mengajarkan saya satu hal baru. Ternyata menangis adalah sesuatu yang membuat kita terlihat lemah di depan banyak orang. Cara terbaik ialah ketika kita bisa menyembunyikan kesedihan kita di depan banyak orang.
Cerita selanjutnya, coba kalian bayangkan seorang suami yang telah memiliki anak dan istri kemudian bisa menyukai wanita lain apa yang ada dipikiran kepala kalian masing-masing? Mungkin banyak opsi yang bisa menguatkan pendapat masing-masing. Ada yang bilang “mungkin cowoknya aja yang keganjenan” , atau “mungkin wanita lainnya saja yang tidak tahu diri” okelah bahwa itu opini mendasar masing-masing indivdu, tapi barangkali kita lupa satu hal bahwa barangkali sumber masalah itu ada didalam rumah tangganya sendiri.
Mungkin saja awal menikah itu adalah sesuatu yang dipaksakan, atau sebenarnya apa yang mereka jalani saat ini hanya sekedar sandiwara belaka. Ya satu hal “"bahwa kebenaran senantiasa akan mengalir menemukan jalannya sendiri. Sekalipun kebenaran itu sudah dibelokkan. Sekalipun kebenaran itu sudah disumbat. Sekalipun kebenaran itu sudah dikubur dalam-dalam. Dan… kebenaran niscaya akan mengalir dalam sungainya sejarah".
Mari kita bercermin pada diri sendiri, sudahkah kita sempurna? Sudahkah kita bisa menjadi seperti apa yang diharapkan? Jangan salahkan keadaan karena tidak akan ada asap tanpa ada api. Satu hal lagi “ jangan pernah memaksakan apapun seperti apa yang kamu harapkan, mari kita belajar mengintrospeksi kesalahan pada diri masing-masing”
dua fenomen ini mungkin bisa mengajarkan kita banyak hal, kedewasaan dan juga cinta yang tumbuh dengan cara yang benar tanpa harus merusak dan dirusak oleh sisi egois kita sendiri. Karena sesuatu tidak bisa menuruti apa yang kita inginkan, karena sebenarnya semua hanya titipan begitupun pacar atau suami. Tapi sekali lagi Allah yang paling tahu....
Mari berkaca....

Rabu, 22 Februari 2012

(roso daras)



"bahwa kebenaran senantiasa akan mengalir menemukan jalannya sendiri. Sekalipun kebenaran itu sudah dibelokkan. Sekalipun kebenaran itu sudah disumbat. Sekalipun kebenaran itu sudah dikubur dalam-dalam. Dan… kebenaran niscaya akan mengalir dalam sungainya sejarah".

Sabtu, 18 Februari 2012

Nikmat Rasanya DIKHIANATI...Thanks ALLAH ...:-)



Trimakasih ya Allah
Trimakasih ya Allah KAU masih beriku dua mata  yang bisa melihat pagimu
Dan gelapnya malam dengan pantulan matahariMU.....
Trimakasih atas semua yang kau letakan di pundaku...
Karena Engkau sekali lagi tidak akan pernah menyalahi JANJIMU....
Trimakasih untuk keluarnya airmata khilaf....
Kecerobohan Manusia.....
Allah,, lengkap sudah semua hikmah DARIMU tersusun rapih
Seperti apa yang Engkau mau.....
Mengajariku banyak hal akan KEBERADAANMU....
“Tidak ada satu pun terjadi tanpa KUASAMU...KUASAMU..KUASAMU......”
Terasa INDAH rasanya DISAKITI...
Terasa NIKMAT rasanya DIABAIKAN Manusia
Terasa BERMAKNA rasanya DIHUJAT
Karena CUKUP KAU saja sebagai PENOLONG yang paling TUNGGAL
Zat yang MAHA PEDULI keberadaanku.....
KINI satu persatu KAU sadarkan Aku akan CINTA dan NAFSU utuh
Tapi RASA ku padanya tak sedikitpun berkurang...menipis atau melebur disini
CUKUP lah ENGKAU ya Rabb sebagai penjaga dan pengendali IRAMA HATI
Dan Aku PERLU BERSYUKUR....BERSYUKUR....BERSYUKUR rasanya Dikhianati....

(Biakan Angin Menunjukan KuasaMU dalam DIAM ku...Biarkan Opini menyalahi situasi dan aku akan terus DIAM sampai kau benar-benar menunjukan KUASAMU)


Kamis, 16 Februari 2012

Ada Hikmah dibalik Seorang Penulis Amatiran



Waktu masa kecil, mungkin gak kalian pernah ditanya sebuah cita-cita yang terpampang dimasa depan dalam benak kalian satu-persatu? atau sampai sebesar in pun kalian merasa  masih sulit sebenarnya “saya ini mau kemana ya?” atau “ cita-cita saya apa ya, saya sendiri ngak tahu?”. Semasa kecil ada yang kepingin jadi Doketer , Penyanyi, Guru, Mentri dan bla..bla..bla..... tapi kenyataannya sekarang ini begitu sulit ya rasanya menetapkan tujuan kearah mana sebenarnya cita-cita kita berlabuh?.
Cita-cita itu adalah mimpi, mimpi itu jelas berbeda dengan sebuah khayalan atau halusianasi seseorang. Berkat mimpi ada sebuah obsesi yang tida bisa ditangguhkan lagi, ada sebuah ambisi yang menjadi energi positif untuk kita bisa terus meraihnya. Semangat dan upaya untuk mewujudkannya menjadi nyata.
Saya bingung, sebenarnya sampai taraf mana seseorang bisa dikatakan penulis. Ataukah kualitas dari isi tulisannya, dari kelihaian si penulis dalam berinteraksi kepada pembaca  dengan kata yang komunikatif ataukah dengan sebuah nama besar ketika karyanya bisa dibilang best seller?.
Opini terbuka saya mengatakan “ bahwa seorang penulis ialah yang bisa memberikan sebuah kata-kata sederhana namun menginspirasi pembacanya, memberikan kepuasan usai membacanya dan memiliki sentuhan rasa yang berbeda” .
Karena menulis itu ibarat membuat sebuah makanan, masing-masing lidah pasti merasakan rasa yang berbeda. Kalo dalam merancang sistem informasi dengan menggunakan decission support kita bisa mengambil alternatif dengan menggunakan logika “ Fuzzy” dimana metode ini selalu mengarah pada kebenaran dari kebanyakan orang meskipun rasanya berbeda.
Dr. Aidh Al-Qarni pernah bilang, seorang penulis hebat itu selalu menyadari bahwa ada tulisan lain yang lebih hebat darinya, serta menyadari kekurangan pada diri kita. Ternyata saya pun harus sependapat dengannya bahwa menjadi seorang penulis itu bukan seperti yang teman saya bilang dulu “nulis itu butuh skill dan bakat” ternyata bergulirnya waktu saya sadar bukan hanya dua hal itu yang mejadi patokan dalam menulis ada satu hal lagi yang lebih penting yaitu “ Kita butuh mengenal siapa diri kita sesungguhnya”.
Sebab, semakin kesisni saya sadar menulis itu adalah sarana yang paling mudah untuk menyebarkan dakwah atau kebaikan bagi sesama. Namun ada satu hal yang perlu digaris bawahi, dengan menulis kita harus tahu bahwa apa yang kita tuang kedalam bentuk tulisan bukan hanya untuk mengajarkan kepada orang lain/ menunjukan kapasitas keilmuan kita  namun tulisan yang kita buat harus bisa mengarah untuk kita sendiri.
Dan akhirnya meskipun saya masih belajar menulis, karena sesungguhnya “ Hidup itu belajar.. belajar...dan terus belajar saya rela kok dibilang penulis amatiran bagi saya ngak masalah karena memang begitu adanya. Untuk bermimpi menjadi seorang penulis hebat mungkin masih dibungkus dalam sebuah harapan besar dan sampai saat ini belum tercapai tapi harapan itu akan selalu memberi motivasi tersendiri bahwa siapapun mampu untuk menjadi seorang penulis BESAR. Bukankah seorang penulis terkenal/hebat bermula dari seorang penulis amatiran dulu???? Bukan begitu????.
Semoga tulisan ini bisa memberi motivasi untuk saya dan kalian semua....(Amin ).