Masih di kawasan Jakarta saya bisa dengan leluasa menikmati
malam dan melihat sekeliling dengan syahdu, rasanya menikmati malam itu memang
hal yang “ sesuatu banget ya..!!”. Setelah seharian beraktifitas saya
lebih senang bersantai dan menikmati alam, tapi mungkin berbeda untuk sebagian
orang, cohtohnya satu tema hangat tadi malam dengan poin yang bisa saya petik
hikmahnya yakni soal pentingnya “MENGHARGAI”.
Entah apa yang ada di kepala saya saat itu, sambil menunggu
si abang tukang pecel membungkuskan pesanan untuk saya. Mata saya tiba-tiba
asik menuju memperhatikan betul sepasang suami istri yang tiba-tiba menyusul
dan memsan menu yang sama. Si istri, sembari memegang gadget sekilas memandangi perut
saya yang buncit, lalu kembali asyik memainkan jemarinya dengan
Smartphone terbaru.
Sang istri duduk diamping saya, dan suaminya menunggu tak
jauh darinya, keduanya pun sama asyik memainkan smartphone mereka. Sang suami
sesekali tersenyum, spertiya ia sedang memabaca atau melihat hal yang lucu di
smartphonenya… (entahlah hanya dia yang
tahu) dan si istri pun sibuk dengan
kesyikannya tersebut. Disela keasyikan mereka saya hanya asyik mengamati saja
pola dan tingkah mereka, kemudian sang pedangan menanyakan pesanannya pada
mereka.
Sentak 2 kali dipanggil masih asyik dengan gadgetnya, dan
akhirnya tangan saya menyentuh pundak si istrinya dengan pelan dan bilang “ibu,
maaf itu ditanya sama masnya!!!”. Spontan dia pun kaget dan bilang “oh
iya,,,maaf mas, abis gak kedengeran sih” (sambil tertawa kecil). Tiba-tiba hati saya langsung nyeletuk “ gw
aja yang jauh denger, masa dia yang disamping enggak..argghh”, heheh..
terkesan bertele-tele bicara sama orang yang tengah asik memainkan gadgetnya,
si istri pun langsung bertanya pada suami “ 1x…”pah mana uangnya”….2 x… “pah mana
uangnya”… 3x “papahhhhh ihhh uangnya mana?? “. Suami pun tanpa merasa
bersalah hanya mengambil uang dari saku bajunya, tanpa melepas matanya menatap
smartphonenya. Kali ini hati saya tidak nyeletuk asal dan bilang “
astagfirullah”, ya hanya kata “Tuhan ampuni aku” melihat betapa
mirisnya semua ini.
Well, apa yang ditangkap dari kisah diatas? Apa kita
berfikir melihat hal ini biasa saja atau hmmm… “
it’s not truly enjoyed life"”. Saya hanya bisa berfikir waras pada saat itu, Karena mungkin saya tidak
seperti mereka saat ini, tapi entah nanti dan semoga hal itu tidak terjadi. Mata
saya asik mengamati tapi hati saya menjerit, dan bilang “apa mungkin teknologi sedahsyat
itu mampu membuat hubungan terkesan datar atau bahkan tak berkesan sama sekali ?”. Tidak jarang
orang diluar sana, entah itu dipihak si istri ataupun si suami yang asik
memainkan gadget mereka di depan keduanya.
Kalo boleh jujur saya sangat tidak tertarik….!!! “fine”
Apa kita pernah berfikir sesaat saja, seharian kita
disibukan dengan kerjaan, bergaul dengan teman kantor, dan disaat pulang kita
pun masih disibukan dengan gadget. Okelah kalau hal itu penting dan mendesak,
tapi kalau yang dilakukan mereka hanya untuk sekedar iseng atau untuk melepas lelah,
lantas !!!...
“untuk apa mereka bersuami atau beristrikan seseorang yang tuhan
titipkan untuk kita”. Jauh dari kesan menggurui, saya hanya ingin bilang
menghargai pasangan ternyata bisa terlihat sejauh mana ia membutuhkan pasangannya dibandingkan gadgetnya, ada yang setuju?.
Jika adanya kecanggihan teknologi bisa membeli kebahagiaan
kita , kesepian kita, dan memberikan ruang kita untuk hidup dalam dunia abstrak
mengapa kita harus melabuhkan hati pada orang yang disia-siakan. Kadang, hati
kita harus lebih kuat peka dalam hal ini, karena hubungan yang dijalin tanpa
komukikasi yang baik (secara verbal)apapun itu bukan tidak mungkin bisa berakhir kapanpun.
Sama seperti halnya menanam, kita harus tahu betul kapan tanaman itu butuh air
dan kapan tanaman itu memerlukan matahari untuk berfotosintesis. Jika karena
adanya gadget malah mengahncurkan apa yang kita tanam. Lalu sekali lagi dengan
pertanyaan yang sama “ UNTUK APA??”
Unik, saya punya kisah sebaliknya seorang teman pria yang
ternyata sejauh ini hanya memiliki HP poliponik yang hanya bisa digunakan untuk menelpon dan sms,
dulunya dia selalu mengikuti arus teknologi canggih dengan gedgetnya. Dia pernah
bertanya pada saya, “ lo tau ngak kenapa gw pake hp beginian?”, celetuk saya nyeleneh
“
karena ngak punya duit, atau istri lo pelit ngak ngasih jatah buat beli hp?”. Dia
pun tertawa mendengar celetukan saya, disela nafasnya dia diam sejenak dan
bilang ” gw ngak mau hubungan yang udah gw jalanin ancur karena kecanggihan
ini “ (sambil menyodorkan hp
nya…).
“sayang banget kan
kita di dunia cuma sementara, dan belum tentu Allah menjodohkan gw lama sama
istri gw, entah dia atau gw yang berpulang duluan, yang jelas gw ingin hidup
mencintainya, menghargainya dan menjaganya hingga yang diatas ridho, karena
Allah udah mengganti gadget kesayangan gw dulu sama bidadari yang dititipin
didunia dan harus gw jaga dengan sebaik-baiknya, gw ngak mau di akhirat Allah
nyalahin gw atas kegagalan gw membina rumah tangga”.
Subhanallah,, ini edisi merinding beneran buat saya…Jujur saya
salut dengan laki-laki dan wanita yang bisa melontarkan kata-kata seindah itu.
Tapi jauh dari kata-katanya ada bukti yang ternyata lebih tulus untuk kita bisa
menghargai pasangan kita tanpa gangguan apapun termasuk gadget dengan kecanggihan
teknologinya.
Pertanyaannya sederhana “sudahkah kita
menghargai si dia saat ini???”
Sumber gambar :
11 komentar:
Saya dan suami saling mengingatkan kalau misalnya salah satu diantara kami mulai keasyikan. Tanpa rasa tersinggung, meminta maaf dan kemudian menghentikan keasyikan pada gadget. Saya akui sesekali khilaf melakukannya. Tapi kami sudah sepakat untuk saling mengingatkan akan hal ini.
It happens everywhere mba, i am one of the victim, but I wont ask more his time if he gives just 10 minutes a day just for me :-)
If he doesnt i will scream, am i invisible to u, or u take me for granted, throw it when u dont need it hahahaha
Beruntung ucapann itu sesekali saja keluar ga tiap hari, krn dia memenuhi syarat yg hanya 10 minit
@ niken : inti dari semuanya itu emang komunikasi yang baik ya mba, beruntung masih bisa saling mengingatkan, diluar sana banyak loh yang sudah diingatkan malah tetep aja begitu...heheh :)
@Lina Ss : heheh intinya juga komitmen juga harus kuat,apalagi kita yang udah kecanduan banget sama gadget..padahal kalo dipikir2 gadget seperti juga kalo ngak dikasih fitur menarik pasti lama-lama org juga bosen, tapi kan kenyataannya malah sebaliknya. vendor2 udah pada maju bikin teknologi yang bagus2 setiap harinya... yang jelas milih hubungan itu lebih cucok dibanding milih gadget :)
Kayaknya bukan cuma suami-istri sih. Saya kalo lagi sama pacar, temen, keluarga, kalo misal lagi ngobrol berdua, pergi berdua, atau apa pun dan sama siapa pun yang berdua, saya paling nggak suka diganggu gadget. Kalo balesin sms sekali dua kali, ok lah. Kalo emang ada yang nelpon dan penting juga maklum. Tapi kalo sms terus-terusan, apalagi main socmed, bener-bener bikin males.
@空キセノ : likes,, sepakat pendapatnya sama mba, kalo ngomong sama orng masih bisa disela, tapi kalo orang yang udah bicara sama gadget, pasti susah di sela..:)
Hiii ngeri nya.... Utk lah aku bkn gadget freak ada gadget ya dipake seperlunya ga da ya no problemo. Thanks sdh diingetin mak ;-)
@momtraveler : thanks juga bun, semoga bermanfaat ^^
ckckck untung saya tidak seperti itu ... :P
aku juga setuju mba, kadang suka mikir hidup tanpa gadget kayanya lebih hidup...
sedih juga liannya, tapi kenyataanya memang banyak kasus yang kaya gitu. kadang suka mikir pengen kembali ke zaman dulu hidup dengan gadget seadanya..
Posting Komentar